Kejadian ini kemarin, pagi-pagi sekitar jam 7, saya bersama istri rencana ke TK naik motor. Soalnya guru TK nya lagi izin sakit, terpaksa istri saya jadi guru pengganti sementara. Nah tau sendiri khan kalo pagi, jalanan lumayan rame, karna dipenuhi pengendara sepeda motor maupun mobil yang menuju tempat kerja masing-masing.
Di depan markas pak polisi yang begitu besar, jalur kendaraan disitu cukup padat tapi lancar. Nah, saat melewati tempat tersebut, terlihatlah tangan pak polisi yang sedang meng-ayun2kan tangannya dengan maksud menghentikan motor saya. Saya sendiri berpikir, disuruh pelan-pelan saja, sampai akhirnya jarak yang cukup dekat, pak polisi tsb menghentikan motor saya. Baru saya sadar, ternyata disuruh berhenti.
Ada 2 orang polisi, yang satu masih muda (sebut saja polisi-1) dan satunya lagi mungkin mendekati umur bapak saya (sebut saja polisi-2). Sambil ngomel-ngomel, pak polisi ini bilang: “kamu ini disuruh berhenti malah jalan terus”. Saya dengan tenang, mengarahkan motor ke pinggir untuk berhenti. Polisinya lanjut ngomel: “Kamu disuruh berhenti koq gak mau berhenti, jangan-jangan gak punya SIM kamu”, “Mana coba liat SIMmu!”. Kemudian dengan tenang lagi, saya buka ransel saya yg saya taro di setir motor, mengambil dompet, kemudian SIM saya serahkan pada Polisi-1. Kenapa saya cukup tenang, padahal kedua pak polisi ini gak berhenti bicara agak keras menurut saya, karena SIM dan STNK saya masih valid, STNK sendiri baru ganti beberapa minggu lalu, walaupun plat motor belum diganti.
Polisi-1 kemudian memperlihatkan SIM saya ke Polisi-2 sambil berkata sesuatu, saya nda dengar. Setelah itu kedua polisi ini lanjut ngomel, seputar kenapa saya tidak mau berhenti, padahal disuruh berhenti. Setelah beberapa saat, karena merasa tidak mengerti kenapa saya disuruh berhenti, akhirnya saya berbicara: “Begini pak, saya berhenti, cuma mengerem agak pelan (maksud saya agar tidak berhenti tiba2) lagipula disini jalur cepat (maksudnya kendaraan sekitar sini jarang yang berhenti dan kondisi tidak macet, serta rata-rata semua orang buru-buru berangkat kerja)”, Belum sampai titik bicara saya langsung dipotong oleh Polisi-1: “Kamu ini dikasi tau tidak dengar, kamu mau ini dibawa ke pengadilan atau bagaimana” (kira2 seperti itu, diulang2).
Kemudian saya berusaha tenang, dan mengulangi perkataan saya, dan saya lanjut: “Pak saya khan berhenti ?? (lanjut dalam hati: trus apa masalahnyaa ????)” .
Polisi-1: “Kamu ini sudah salah tidak mau mengaku juga”, sambil mengulang lagi tentang pengadilan.
Polisi-2: “Kamu kerja dimana?”,
Saya: “Unhas pak”,
Polisi-2: “saya juga di jaga Unhas, saya kuliah di Unhas, kamu kenal xxxx?”
Saya belum pernah dengar jadi bilang: “tidak pak..”
Polisi-2: “kamu dibagian mana?”
Saya: “di xyxyx” sambil nyebut tempat nongkrong di kampus
Polisi-2: “Kamu kenal sama pak yyyyy?”
Saya nda kenal, jadi bilang: “Nda tau pak, kita kenal Arxxxxxx?” sambil nyebut nama polisi yang saya kenal sering jaga area kampus
Polisi-2 mukanya agak berubah, tapi dengan muka marah-marah: “Kamu ini sudah sarjana ST, bikin malu-malu saja.”
Polisi-1 juga gak berhenti bicara, seakan-akan saya diserang terus dengan pernyataan saya bersalah, gara-gara saya berhenti setelah kedua polisi tsb. Karena tidak merasa bersalah, saya juga membela diri, dan mengatakan saya sudah berhenti hanya saja saya agak late-breaking (pinjam istilah motogp) karena menurut saya rem mendadak itu berbahaya.
Karena semuanya ngotot, istri saya dari tadi memberi kode agar mengalah saja. Tapi karena tidak merasa bersalah, akhirnya saya ngotot juga, dan percakapan berlanjut ke itu-itu saja.
Karena malas juga, soalnya buru-buru akhirnya saya bilang “Ok pak, saya memang salah, saya minta maaf karena terlambat berhenti, tapi saya berhenti pak”, Pernyataan “tapi saya berhenti pak” ini nyatanya belum bisa diterima sama Polisi-1, apalagi sama Polisi-2 yang marah-marah terus, sedang nada bicara Polisi-1 ini sudah terkesan santai, dan lanjut bicara: “Begini pak,” sambil menunjukkan UUD dan pasal pada buku tilang, “Jika tidak menuruti perintah, ini.. ancamannya 250juta!! gimana pak”.
Dalam hati saya berpikir: “Waaah, ngancam nih”, tapi karena tidak merasa bersalah saya tetap ngotot
Polisi-1: “Bapak itu” (nunjuk ke Polisi-2) “kuliah di Unhas, beliau dosen juga, lagi lanjutkan S2/S3 (kurang ingat S2 atau S3)”
Dalam hati : Waaah bapak ini dosen yah..
Polisi-1 kemudian kembalikan SIM saya, trus mempersilahkan pergi.
Saya ulangi lagi: “Ok pak, saya memang salah, saya minta maaf karena terlambat berhenti” kemudian ke pak Polisi-2, saya jg minta maaf, kemudian menjelaskan tempat nongkrong saya di Unhas. Polisi-2 bilangnya: “Nanti saya cari kamu” , walaupun saya kurang yakin dengan pernyataannya..
Yah, kira2 (tidak sama persis) begitulah hasil pertemuan kami dengan pak Polisi. Kemudian kami pergi meninggalkan tempat tsb.
Yang menarik:
- Masalahnya sepele, cuma disuruh berhenti, maunya polisi saya harus berhenti segera. Menurut saya, saya sudah berhenti, cuma lewat sedikit.
- Sampe sekarang saya belum tau kenapa saya disuruh berhenti, lagipula saya nda balap2 dijalan, soalnya lagi bonceng istri.. mana bisa.. hehe
- Polisi-1 lebih tenang dan lebih baik penyampaiannya dibanding Polisi-2. Biasanya faktor usia mempengaruhi seseorang dalam mengontrol emosi, dan biasanya yang lebih tua lebih bijak. Bravo untuk Polisi-1 karena dia lebih muda, bahkan mungkin lebih muda dari saya, walaupun porsi tubuhnya 3-4 kali dari badan saya.
- Selagi saya minta maaf sama Polisi-2, Polisi-1 bilang ke istri saya: “Bapak egoisnya tinggi yah” (katanya saya yang egois, whaaa….)
- Selagi bercengkerama dengan kedua pak Polisi, istri saya dapat sms dari temannya: “Pasti ko pake baju pink toh? kuliatko depan markasnya Polisi”
- Bravo untuk kedua Polisi, karena tidak menilang saya, tidak minta uang tilang, dan saya juga tidak main sogok
Kesimpulannya, jika bertemu polisi jangan berpikiran buruk dulu, mereka juga manusia seperti kita. Polisi Lalu Lintas, bertugas menjaga agar jalan tetap aman, bukan untuk mengadili pengguna jalan secara serampangan. Jika anda melakukan kesalahan, maka anda harus ditilang, jika tidak bersalah, tetap berpikir positif, InsyaAllah hasilnya juga positif…
Untuk pak Polisi yang saya maksud, jangan marah ya pak..
Comments